Kiat Mempertahankan Pertumbuhan

Minggu, 16 Januari 2011

Artikel ini bertutur tentang bagaimana seorang pemimpin meningkatkan komitmen dan kontribusi dari seluruh anggota timnya.
Seperti kita tahu, anggota tim di sebuah organisasi banyak yang tidak memiliki komitmen, kontribusi yang rendah, serta tidak produktif. Ini disebabkan lima hal.

Pertama, kepemimpinan yang buruk. Kedua, tujuan yang tidak jelas. Ketiga, tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan. Keempat, budaya negatif yang kronis di dalam organisasi. Dan kelima, buruknya sistem kompensasi yang ada.

Apa akibat dari buruknya system kompensasi di sebuah perusahaan? Anda mungkin pernah juga mengalami demotivasi ketika bekerja di tengah lingkungan yang tidak menghargai secara layak semua jerih payah maupun pengorbanan yang terkadang sudah diberikan lebih dari apa yang merupakan kewajiban kita? Ya, itu jugalah yang dirasakan oleh tim kerja di sebuah organisasi yang tidak memberikan system kompensasi yang layak, tentu saja hal ini berdampak langsung terhadap penurunan kinerja, motivasi merosot, komitmen rendah sampai kontribusi yang negative. Parah bukan? Sebagai pemimpin di level manapun Anda saat ini, marilah membuat perubahan sebelum kondisi ini menjalar pada kerusakan-kerusakan lainnya.


Sustainability Circle

Gambar di samping ini adalah konsep yang disebut “Sustainability Circle” atau lingkaran pertumbuhan yang berkesinambungan. Konsep ini secara sederhana menunjukkan bahwa upaya (effort) dipengaruhi oleh motivasi (motivation) dan motivasi dipengaruhi oleh kompensasi (reward) yang didapatkan, dan demikianlah seterusnya.

Sehingga jika pemimpin atau organisasi ingin meningkatkan sumbangsih karyawannya maka harus dimulai dengan memberikan reward atau kompensasi yang baik pula, hal ini akan berdampak langsung terhadap motivasi mereka yang akan terangkat sehingga berpengaruh langsung terhadap peningkatan upaya dan peran dari tim kerja tersebut. Demikan juga sebaliknya.

Sebagian orang mungkin berangapan bahwa hal ini sangatlah sederhana, bagaimana mungkin hal sesederhana ini mampu menyelesaikan persoalan yang begitu pelik di dalam organisasinya? Benar, hal ini memanglah sederhana (secara konsep) tetapi dalam prakteknya ketika menjalankan aktifitas training dan konsultasi kami (CoreAction Result Consultant) masih sering menjumpai beberapa perusahaan yang rendah produktifitasnya hanya karena anggota timnya yang kecewa atas kompensasi yang mereka peroleh selama ini.


Reward System

Beberapa pemimpin beranggapan bahwa sistem kompensasi tersebut bukan merupakan kewenangannya, hal tersebut merupakan keputusan perusahaan melalui petinggi-petingginya sehingga ia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa apalagi jika orang tersebut hanyanya Junior Manager yang tidak bersinggungan langsung dengan sistem pengajian di dalam perusahaannya. Alhasil konsep “Sustainability Circle” (reward-motivation-effort) ini tidak relevan dan tidak dapat ia terapkan di dalam tim kerjanya.

Anggapan tersebut tentu saja tidak tepat, karena system kompensasi yang kami sarankan tidak selalu berbentuk “Finance” atau “Uang” saja, ada reward-reward lain diluar faktor itu yang disebut “Non-Finance” yang dapat berupa pengakuan langsung dari atasan, perayaan atas pencapaian prestasi tertentu, sertifikat atau piagam perhargaan dan lain sebagainya. Dan sudah jelas semua pemimpin mampu melakukan ini untuk memotivasi tim kerjannya asal mereka mau dan peduli. Jika sebagai pemimpin, Anda memiliki keterbatasan untuk memberikan reward yang bersifat uang, maka maksimalkanlah reward yang berupa “non-finance” tadi.

Coba saja jika ada anggota tim yang benar-benar berprestasi Anda undang ke ruangan Anda secara pribadi, lalu Anda bantu rancang masa depan kariernya dengan cara memberikan nasihat-nasihat tentang kinerjanya, tentang kelebihan-kelebihan yang dapat dia tingkatkan maupun kekurangan-kekurangan yang harus dikikisnya. Atau jika Anda punya sedikit budget, Anda bisa mengajak sekelompok bawahan berprestasi di bulan ini untuk sama-sama makan siang secara ekslusif dengan Anda, dan momen tersebut mereka diperbolehkan memberikan masukan-masukan bagi kemajuan perusahaan di masa yang akan datang, dan masih banyak lagi aktifitas sejenis ini yang dapat Anda selenggarakan secara rutin maupun pada event-event khusus.

Uang Bukanlah Alasan Utamanya

Sebuah survei yang dilakukan oleh konsultan sumberdaya manusia terkemuka Watson Wyatt dengan tema WorkIndonesia 2004/2005. Yang merupakan penelitian yang paling komprehensif dan pertama dilakukan di Indonesia dan Asia mengenai komitmen, sikap, dan pandangan karyawan. Survei ini diikuti oleh lebih dari 8.000 responden aktual dari 46 perusahaan di 14 industri utama di Indonesia. Jumlah responden itu menyumbang 9% dari total sampel penelitian WorkAsia, yang dilakukan di 11 negara, meliputi 515 perusahaan, dan 115.000 responden actual.

Dalam survey ini juga ditanyakan apa alasan seseorang untuk terus bekerja di perusahaan tempat ia bekerja saat ini dan juga apa alasan seseorang pindah kerja, dan lima jawaban teratasnya adalah;
• Memberikan peluang lebih baik untuk mendayagunakan keahlian
• Menyediakan peluang training dan pengembangan diri yang lebih baik
• Perusahaan tempatnya bekerja tersebut memiliki prospek sukses lebih baik di masa depan
• Paket kompensasi yang lebih baik
• Peluang karir yang lebih baik
Sehingga cukup jelas, Uang bukanlah alasan utamanya.

Oleh sebab itu, artikel ini ingin mengingatkan kembali bahwa sebagai pimpinan di level manapun kita dapat berbuat sesuatu untuk mempertahankan pertumbuhan yang berkesinambungan perusahaan kita dengan cara meningkatkan motivasi tim kerja yang mana dapat bersumber dari reward yang bersifat finance maupun non-finance.


Selamat mencoba, karena hasil akhir yang berkualitas, dimulai dengan implementasi yang berkwalitas (QI), Semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP