Merajut Strategi Cemerlang untuk Hasil Akhir Yang Memukau

Selasa, 22 Februari 2011

Seberapa besar sumber daya yang dihabiskan untuk mendapatkan hasil yang telah Anda peroleh sampai dengan hari ini? Apakah Anda sering merasa frustasi akibat selalu sibuk mengerjakan tugas harian yang menumpuk akan tetapi hasilnya masih jauh dari target yang ingin Anda raih? Dan bagaimana hasil akhir dari rencana atau strategi yang telah Anda buat untuk organisasi Anda selama ini?

Sebagian orang cukup bermasalah dengan pertanyaan-pertanyaan di atas, bagaimana dengan Anda? Kita didesak untuk mencapai tujuan-tujuan (baik tujuan organisasi maupun tujuan pribadi). Di sisi lain kita juga dihadapkan oleh pilihan yang terbatas setiap harinya. Hal ini menyebabkan sebagian orang merasa hidupnya seperti berlari di dalam sebuah roda raksasa, persis seperti permainan roda bagi (tikus) “hamster”. Sekuat-kuatnya berlari tetapi sebenarnya ia tidak berpindah tempat.

Kita (Anda, Saya dan bahkan sebagian besar anggota tim Anda) sering terjebak dalam kegiatan-kegiatan kecil yang menghabiskan banyak energi, waktu dan sumber daya lainnya, seperti membaca, menerima dan membalas email, menjawab telepon, membalas pesan yang masuk, membaca laporan, melihat koran, browsing internet, berbincang, dan lain lain akan tetapi ketika kita menyadarinya ternyata waktu sudah berlalu begitu cepat sehingga Anda sudah harus mempersiapkan diri menuju ke jadwal lainnya. Singkatnya, kita sering kali “sibuk” akan tetapi tidak banyak hasil memuaskan yang bisa kita raih. Kondisi ini terjadi terus menerus sepanjang hari bahkan sepanjang hidup bagi sebagian besar orang.

Di sisi lain harus diakui, untuk mencapai tujuan, butuh perencanaan matang. Dan agar tujuan tercapai, tindakan yang dilakukan haruslah fokus, terukur, dan terarah. Sejak diperkenalkan sebagai sebuah konsep, dunia bisnis dan segala hal yang berkaitan dengannya, membutuhkan lebih dari sekedar rencana. Dan seiring dengan berjalannya waktu, bermunculan banyak konsep, teori, strategi, kiat, dan rencana agar bisnis yang dijalankan sukses, sesuai keinginan dan perspektif teori tersebut.

Sampai dengan hari ini masih sedikit metode yang membahas tentang tata cara agar semua aturan dan strategi tersebut dapat benar-benar diimplementasikan, sehingga target Anda benar-benar tercapai. Implementasi yang dimaksud bukan saja berguna bagi Anda untuk mengerjakan rencana pribadi, akan tetapi juga berlaku bagi Anda yang berperan sebagai pemimpin di perusahaan, karyawan, dan maupun organisasi pada umumnya.

Implementasi atau dalam terjemahan bebas disebut pelaksanaan, adalah tindakan kongkrit dalam proses untuk mewujudkan strategi dan rencana yang telah ditetapkan. Ada 3 (tiga) alasan utama kenapa implementasi yang berkwalitas (QI) sangat sulit dilakukan di sebuah organisasi:


Pertama, Strategi yang telalu “canggih”

Sebagai pemimpin, Anda boleh saja memiliki segudang ide, blue print, rencana atau master plan yang sangat luar biasa, namun jika semua hal tersebut tidak bisa diimplementasikan oleh tim kerja, so what? Sebagian pemimpin sangat bangga jika mampu melahirkan strategi maupun rencana “canggihnya” akan tetapi ironisnya semakin tinggi dan canggih strategi tersebut semakin sulit dan susah pula bagi anggota tim untuk mengimplentasikannya. Sehingga mudah ditebak bagaimana hasil akhir yang akan diperolehnya.

Kedua, Pekerjaan-Pekerjaan Kecil yang Menumpuk

Kendala implementasi juga muncul ketika kita terlalu banyak kesibukan untuk menyelesaikan “hal-hal kecil” – seperti yang telah disampaikan di atas - sehingga hal-hal yang “benar-benar penting” tidak terurusi. Hal ini terjadi terus-menerus setiap hari sampai-sampai Anda tidak menyadarinya bukan? Kita baru terkaget-kaget ketika dead-line tiba hasil akhirnya masihlah jauh dari target semula. Pekerjaan-pekerjaan kecil seperti sekedar membalas sms, email, dan pesan-pesan yang tidak relevan di waktu kerja tanpa disadari juga banyak menghabiskan waktu produktif. Hal-hal seperti ini sering juga menguras perhatian dan energi kita.

Ketiga, Rendahnya Komitmen Tim
Rendahnya komitmen dan kontribusi anggota tim terhadap tujuan utama organisasi juga merupakan penyebab utama rendahnya budaya implementasi di dalam perusahaan. Saya sering mengibaratkan organisasi seperti sebuah mobil dengan anggota tim sebagai roda-rodanya. Rendahnya komitmen dan kontribusi anggota tim tadi seperti karatan yang menumpuk dan diperparah dengan kurangnya pelumas yang menyebabkan berhentinya roda-roda tersebut.

Tapi oke-lah, mungkin tidak semua roda berhenti, masih ada roda-roda yang masih bisa bergerak di organisasi Anda saat ini. Maksudnya masih ada orang-orang yang memiliki komitmen yang tinggi untuk terus mendorong perusahaan Anda maju ke depan, tetapi berapa banyak jumlah mereka? Menurut survey yang kami peroleh, jumlah mereka yang memiliki komitmen tinggi di dalam perusahaan tidaklah signifikan, ini artinya mereka adalah kaum minoritas jika dibandingkan dengan jumlah mereka yang tidak memiliki komitmen. Kelompok ini kami sebut “roda berkarat”.

Belum lagi ada sekelompok orang yang dengan sengaja mengambil keuntungan pribadi di dalam perusahaan. Mereka adalah orang-orang yang sering menjual data-data penting ke pihak lain, mereka juga bisa mendapatkan keuntungan dengan memberikan laporan palsu atau mark-up atas biaya-biaya tertentu, celah lain adalah mencuri sesuatu dengan memanfaatkan kelemahan system internal, dan masih banyak cara kerja mereka yang kesemuanya merugikan organisasi secara langsung. Kelompok ini kami namakan kelompok “roda mundur” karena gerak langkahnya jelas menarik mundur organisasi yang ingin bergerak maju.

Lalu bagaimana sebuah mobil dapat melaju kencang jika yang bergerak hanyalah 1 atau 2 roda saja sedangkan roda lainnya diam atau bahkan berjalan mundur?

Sudah saatnya Quality Implementation (QI) menjadi perhatian Anda untuk menghidupkan kembali energy serta antuasias tim kerja Anda agar berkinerja optimal dengan cara menetapkan prinsip-prinsip dalam menciptakan tindakan (implementasi) yang berkualitas menjadi budaya dalam organisasi, karena untuk melaksanakan rencana maupun mencapai tujuan besar Anda dibutuhkan tindakan nyata, tetapi bukan sekedar tindakan biasa bukan pula tindakan seadanya, akan tetapi “tindakan yang berkualitas” dari seluruh individu di dalam tim Anda.

Saya juga bermimpi agar kelak Implementasi Berkualitas (QI) juga dapat menjadi Budaya Bangsa Kita tercinta ini. Dengan segala kekayaan dan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia saat ini, sungguh menyedihkan masyarakat kita masih belum mampu bersaing dan tampil percaya diri di pentas dunia. Salah satu penyebab utamanya adalah lemahnya kwalitas sumber daya manusia serta budaya kerja yang masih jauh dari kata “berkwalitas”.


Selamat mencoba, karena hasil akhir yang berkualitas, dimulai dengan implementasi yang berkwalitas (QI), Semoga bermanfaat. Artikel ini telah dipublikasikan di majalah Marketing edisi Januari 2011.

Read More.. Read more...

Cara Pintar Delegasikan Tugas

Selasa, 15 Februari 2011

Kerja tim baik adalah yang mampu, bersedia, bahkan rela berpartisipasi secara aktif, serta memberikan performa terbaiknya bagi pekerjaan dan perusahaan. Untuk menggerakkan tim hingga seperti ini, atasan perlu mendelegasikan tugas-tugas kepada bawahan, karena sebagai pemimpin, tentu banyak tugas yang diemban dan tak mungkin ditangani sendiri.

Namun, seperti saya kutip dari www.advancingwoman.com, banyak pemimpin, terutama wanita, merasa ragu membagikan tugas atau pekerjaan kepada anggota timnya. Alasannya, mereka menganggap bisa menangani tugas-tugasnya sendiri, merasa wajar jika mengerjakan sendiri sesuatu yang menjadi keahliannya, karena wanita sukses kebanyakan merupakan tipe manusia perfeksionis, dan karena jika melakukannya sendiri, mereka yakin hasilnya akan sempurna.

Atasan yang memberikan pendapat seperti itu tidak menyadari kalau selain merepotkan diri sendiri, dia juga telah menjadikan dirinya sebagai pemimpin tidak baik. Yang perlu dipahami seorang pemimpin adalah, selain mengemban amanat untuk memajukan perusahaan, dia juga memiliki tanggung jawab untuk mendorong anggota timnya agar mampu berpoduktivitas secara maksimal.

Mendelegasikan tugas bukan berarti memberikan instruksi tentang apa yang harus dilakukan, melainkan untuk memastikan bahwa setiap target yang ditetapkan dapat dicapai. Agar Anda tidak fobia mendelegasikan tugas, berikut tips dari saya, dan tips ini telah dipublikasikan di VIVAnews.com pada 14 Februari 2011.

1. Lihat kemauannya
Segala sesuatu harus dilandasi oleh kemauan kuat. Anggota tim yang memiliki kemauan yang kuat pantas anda berikan tanggung jawab lebih agar kelak mereka dapat mendapatkan posisi yang lebih baik. Sebab, bagi individu yang memiliki kemauan, segala rintangan akan dihadapinya untuk menyelesaikan misinya.

2. Ukur kemampuannya
Setiap individu punya kemampuan yang berbeda-beda. Oleh karena itu Anda harus menyesuaikan pekerjaan atau tugas yang sesuai dengan kompetensi orang tersebut. Anda pun perlu mencermati seberapa dalam pengetahuan dan keahlian serta perilakunya.

3. Berdayakan dirinya
Sebagai pimpinan Anda harus membangun komunikasi yang terbuka dan jujur. Berikan juga umpan balik yang memberdayakan agar si individu dapat terus tumbuh dan berkembang sehingga kelak semakin banyak lagi tugas serta tanggung jawab yang mampu ditanggung sehingga di sisi lain semakin meningkat pula kesejahteraannya.

Read More.. Read more...

Apa Yang Membimbing Kita ke Jalan Kesuksesan?

Minggu, 13 Februari 2011

Pertanyaan pada judul artikel ini sering saya ajukan di awal kelas pelatihan yang biasa kami selenggarakan. Sebagian besar orang akan menjawab; kejujuran, keuletan, kesempatan, keberanian, kepemimpinan, dan lain lain. Tentu saja jawaban tadi tidak ada yang salah, namun menurut Stephen R. Covey dalam buku Everyday Greatness, yang membimbing kita menuju ke jalan kesuksesan adalah PILIHAN.

Ya, karena pilihanlah Anda berada di tempat ini sekarang. Karena pilihan jugalah anda memilih tempat kuliah, pasangan hidup, memulai karier atau bisnis, memilih peluang-peluang yang datang menghampiri, memilih aktifitas rutin produktif atau sekedar menghabiskan waktu dan masih banyak lagi.

Setiap hari kita selalu dihadapkan oleh berbagai pilihan, baik pilihan minor maupun pilihan mayor, dan pilihan-pilihan itu menunggu untuk kita putuskan. Pilihan minor contohnya adalah memilih pakaian apa yang akan digunakan, sedang pilihan Mayor di antaranya memilih pasangan hidup, tempat bersekolah, tempat berkarir dan lain sebagainya. Pilihan-pilihan ini saya ilustrasikan seperti pintu di hadapan kita yang menunggu untuk dibuka. Pilihan minor diilustrasikan dengan pintu kecil, dan pilihan mayor seperti gerbang yang besar. Banyaknya pilihan juga menunjukkan jumlah dari pintu tersebut.

Yang menarik adalah, di balik setiap pintu terdapat hal-hal yang kadang kala tidak kita duga. Hal tersebut bisa menyenangkan, tapi bisa juga mengecewakan. Apapun hal-hal yang didapat, harus diterima karena hal itu merupakan konsekuensinya. Setelah beberapa waktu mengalami hal-hal tersebut, kita kemudian dihadapkan kembali oleh pintu-pintu lainnya di depan kita. Setiap pilihan menghantarkan kita pada pilihan-pilihan lain berikutnya. Sama pula dengan pintu-pintu tersebut.

Kita tidak bisa berjalan mundur setelah membuka salah satu pintu tersebut, oleh karena itu sebelum menentukan pilihan, kita harus benar-benar mempertimbangkannya dengan matang. Akan tetapi hal ini jugalah yang menyebabkan banyak orang yang tidak berani membuka beberapa pintu, terlebih gerbang besar (baca: pilihan mayor), mereka terlihat bingung, plin-plan dan tidak memiliki keberanian untuk menghadapi konsekuensi atas pilihan mereka tersebut.

Akhirnya mereka hanya duduk bertumpu pada dagu dan lama kelamaan akan terpinggirkan dari arena kehidupannya sendiri. Posisi mereka yang sebelumnya adalah “pemain” telah berubah menjadi “penonton”, sebelumnya “subjek” kini menjadi “objek”. Kondisi ini sangatlah kontras dimana sebelumnya sebagai “pemain” mereka dapat mempengaruhi jalannya permainan, kini sebagai “penonton” mereka hanyalah menjadi penggembira. Sedangkan sebagai “subjek” mereka menjadi pelaku, kini sebagai “objek” mereka hanya sebagai pelengkap penderita. Penonton hanya bisa bersorak gembira jika ada salah seorang koleganya berhasil, tetapi keberadaan mereka tidaklah terlalu berarti bagi sang pemenang. Dan ketika mereka menyadarinya sisa waktunya tidaklah lama lagi, mereka menyerah dalam kekalahan dan kehampaan. Menyedihkan bukan?

Sebagian dari kita mungkin pernah memainkan peran “penonton” tadi, bukan? Sebelum terperosok lebih jauh mari kita kembalikan pernyataan di atas, “PILIHANLAH yang membimbing kita menuju ke jalan kesuksesan”, lalu akan muncul pertanyaan pilihan seperti apa yang Anda maksud? Ada 3 (tiga)acuan yang dapat Anda jadikan pegangan dalam menentukan PILIHAN setiap hari.

Pertama, Pilihan Untuk Bertindak
Kita selalu punya pilihan untuk berperan aktif menentukan jalan hidup sendiri atau diam dan pasrah menerima segala sesuatu?

Kedua, Pilihan Yang Berprinsip
Kita juga punya pilihan untuk menjalani kehidupan kita sesuai dengan prinsip-prinsip universal yang sudah teruji atau kita malah memilih menjalani kehidupan dengan menentang prinsip-prinsip tersebut?

Ketiga, Pilihan Yang Bertujuan
Setiap pilihan akan menghantarkan kita pada tahapan-tahapan berikutnya. Orang-orang yang memiliki tujuan dalam hidupnya akan mempertahankan pilihan-pilihan yang mengarah pada pencapaian tujuan tersebut.

Lalu, apa Pilihan Anda hari ini?

(Artikel ini telah dipublikasikan di Majalah Mingguan Gatra edisi 16 Februari 2011)

Read More.. Read more...

CoreAction Training Karyawan HRD PT. Telkom

Minggu, 06 Februari 2011

PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk memberikan kepercayaan kepada CoreAction Result Consulting untuk memberikan training kepada 29 orang manajer dan staf di bagian Human Resources Development (HRD). Pelatihan diselenggarakan pada Selasa (1/2/2011) dan Rabu (2/2/2011) di Hotel Griya Astuti, Puncak, Bogor, Jawa Barat.

“Pelatihan ini memberikan pencerahan yang selama ini terpendam,” tulis Budiharto, salah seorang karyawan PT. Telkom, pada kuesioner yang dibagikan seusai pelatihan.

CoreAction mengemas materi training dalam program Neo Peak Performance Camp (NPPC), salah satu program pelatihan unggulan CoreAction yang selalu diselenggarakan di luar kota. Selama training diberikan, dua trainer CoreAction yang memandu pelatihan ini, Kevin Wu dan Adi Putra Widjaya, membangun suasana yang komunikatif, interaktif, dan menyenangkan dengan cara menyelipkan guyonan-guyonan dan memberikan game-game untuk mensimulasikan maksud dari materi yang disampaikan.

Misalnya game berupa permainan golf. Melalui permainan ini, CoreAction memberitahu bahwa dalam melakukan sesuatu hendaknya setiap orang mengukur dulu tingkat kemampuannya, karena jika ambisi terlalu besar dibanding kemampuan, apa yang ingin dicapai sulit didapat. Juga, harus ada motivasi yang kuat, sehingga dalam mengejar apa yang diinginkan, menjadi bersemangat dan sungguh-sungguh.

Selain materi ini, karyawan PT. Telkom yang mengikuti training juga diingatkan tentang bakat yang diberikan Tuhan kepada manusia yang penting untuk dikembangkan agar dapat mencapai keberhasilan, baik bakat sebagai orang yang diberi kekuatan dalam hal pendengaran (auditory), penglihatan (visual), gerakan (kinestetik), penciuman (olfactory), ataupun pengecapan (gustatory). Banyak orang yang hidupnya tidak berhasil karena tidak menyadari atau bahkan mengabaikan anugerahnya ini, serta tidak mengembangkannya secara maksimal.

Para karyawan Telkom juga diingatkan kembali tentang pentingnya menggunakan dan mengucapkan kata-kata secara tepat dan benar, karena kata-kata yang keluar dari mulut seseorang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi jalan kehidupannya.

Read More.. Read more...

Mengundang Kupu-kupu

Selasa, 01 Februari 2011

Masalah finansial merupakan salah satu sumber gangguan kesehatan bagi sebagian besar orang. Survei perusahaan asuransi AXA pada 2010 mengungkapkan, dalam 12 bulan terakhir, 63 persen orang yang mengalami kesulitan keuangan menjadi stres. Bahkan orang yang bekerja di puncak karier, seperti manajemen puncak, juga mengalaminya, karena sebanyak 21 persen top manajer merasa tertekan akibat masalah finansial. Sementara stres akibat pekerjaan hanyalah 9 persen.


Seberapa besar penghasilan yang kita dapat, sangat tergantung pada cara dan mindset kita dalam bekerja. Tak sedikit orang yang setiap hari bekerja keras, banting tulang, sehingga diibaratkan kepala dibuat kaki dan kaki dibuat kepala, penghasilannya tetap saja minim, dan karir pun tidak beranjak, hanya di situ-situ saja. Mengapa?

Dulu, sebelum teknologi dan ilmu pengetahuan belum secanggih dan semaju saat ini, otot merupakan andalan utama untuk mendapatkan finansial. Semakin kuat tenaga dan semakin kekar otot yang dimiliki, harapan untuk mendapatkan penghasilan banyak semakin besar. Kini, dimana fungsi otot dapat digantikan mesin, paradigma orang untuk mendapat penghasilan bergeser. Alih-alih menggunakan otot, kini mereka menggunakan otak. Itu sebabnya orang yang sadar benar apa arti kesuksesan dan kesejahteraan hidup, akan berupaya untuk dapat menempuh pendidikan setinggi mungkin. Bahkan jika ada, S4 pun dikejar.

Strategi dan Pola berpikir! Itulah kunci untuk memperoleh kebebasan finansial pada saat ini. Dengan memberdayakan pikiran semaksimal mungkin, orang dapat sukses dan kaya raya tanpa harus bercucuran keringat setiap hari. Namun demikian banyak orang berkata, “Oh, saya sudah menggunakan otak saya secara maksimal. Saya pelajari ini itu, saya fikirkan ini itu, dan sebagainya. Tapi hasilnya tetap sama saja”.
Mungkin ada yang salah dari yang Anda lakukan. Atau mungkin juga cara yang Anda gunakan kurang tepat.

Umumnya orang-orang yang berada pada posisi puncak bukanlah orang-orang yang harus bercucuran keringat ketika bekerja. Sebaliknya, mereka bahkan duduk dalam ruangan yang luas, nyaman karena bersih dan ber-AC, dan lengkap dengan semua perabotan yang dibutuhkan, seperti televisi, DVD, bahkan kulkas. Penghasilan mereka pun besar. Bahkan teramat besar. Mengapa? Karena mereka tahu caranya.

Materi yang membuat kita kaya raya dan hidup nyaman laksana kupu-kupu dengan sayap indah berwarna-warni dan menggugah hasrat orang untuk menangkapnya. Maka dibuatlah jaring besar dan kupu-kupu itu dikejar. Jika dianalogikan dengan aktivitas orang mencari nafkah, itulah yang banyak terjadi setiap hari; mengejar materi dengan jaring hingga bercucur keringat, namun kupu-kupu belum tentu tertangkap.

Mengapa cara berfikir ini tidak kita balik, sehingga kupu-kupu lah yang mendatangi kita? Tak mungkin? Oh, mungkin saja, karena pada prinsipnya, segala sesuatu menjadi mungkin jika Anda BENAR-BENAR MAU.

Kupu-kupu sangat menyukai bunga-bunga berwarna-warni dan harum semerbak, karena nektar (madu bunga) yang menjadi makanannya, ada pada kelopak bunga-bunga itu. Jadi tanamilah kebun atau pekarangan rumah Anda dengan tanaman bunga, dan rawat, serta tingkatkan dari waktu ke waktu. Dijamin, banyak kupu-kupu akan datang tanpa diundang. Jika ini pun dianalogikan dengan cara kita mencari nafkah, maka jadikanlah diri kita semenarik, sehebat, dan sebagus mungkin sehingga orang tahu, melihat, dan akhirnya membutuhkan kita serta memberi kita pekerjaan/proyek. Hal ini tentu saja perlu kemauan, ketekunan, dan modal, tapi jika dibandingkan dengan hasil yang akan Anda dapat kelak, ‘pengorbanan’ itu tak seberapa.

Jangan pernah merasa cukup pada apa yang telah Anda miliki dan dapatkan, dan jangan pula menjadi yang biasa-biasa saja. Saat ini dunia kerja dan bisnis begitu kompetitif sehingga pesaing Anda pun takut dikalahkan. Maka tingkatkan terus diri Anda agar kemakmuran dapat diraih tanpa harus berlelah-lelah mengejarnya.



(Artikel ini telah dimuat di majalah mingguan GATRA edisi 27 Januari - 2 Februari 2011)

Read More.. Read more...
Related Posts with Thumbnails

  © Blogger template The Beach by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP